Personal Branding

Hello!

Ceritanya kemarin Sabtu diminta sharing soal “How To Promote Yourself” sama Ajrina di FK UGM, acara Center for Indonesian Medical Students’ Activities atau biasa disingkat CIMSA. Aku bilang sama Ajrina: kok promote yourself? maksudnya soal personal branding kali, ya? Iya, kata Ajrina. Well, oke. Sepakat, aku iyakan. Jadi menurutku, yang tepat itu bukan how to promote yourself, tapi how to build your personal branding (?) dulu, baru nanti promosi akan jalan dengan sendirinya setelah brand berjalan.

Sebenarnya aku nggak tahu kenapa Ajrina undang aku. Barangkali karena aku pernah share di Monthly Meeting Young On Top Yogyakarta soal branding, beberapa waktu yang lalu. Dan bagi Ajrina, sharingku waktu itu bermakna, terus ia ceritakan ke teman-temannya di FK UGM. Mungkin. I don’t know any more.

Apa branding kamu?

Branding. Apa to sebenernya branding itu? Apa kaitannya sama personal branding? Kalau ditanya orang: apa branding kamu, kira-kira kamu akan jawab gimana?

Yup! Branding itu, yang aku pelajari dari guru Pak Subiakto: Branding yaitu kumpulan dari nama + makna + competency + consistency. Brand is not a logo. Brand is not an advertising. Brand is not marketing, also it’s not corporate identity. Ini dulu yang harus dipahami.

Brand is you(rs). All of you are brand. Ya senyum kamu, ya keramahan kamu, perilaku kamu – SEMUA. Semua yang ada di diri kamu, itulah brand kamu. Jadi hati-hati. Karena tiap gerak-gerik yang kamu tunjukkan, itu bakalan bikin kesan bagi orang lain atas diri kamu. Dan di sanalah brand kamu bermain.

Orang yang punya personal branding positif (bermakna), menjadikan orang lain akan dekat dan ‘datang’ kepadamu. Brand itu produk perasaan. Ada rasa atas sikap dan perilaku yang telah Kamu munculkan, di hati orang lain. Rasa itu yang membuat orang jadi percaya sama kamu, karena kamu berperilaku sesuai atas kepiawaian yang kamu miliki.

Seperti contoh yang pernah dibagikan Pak Bi: seorang ustadz lebih dipercaya bangun pesantren dibanding seorang politisi. Kenapa? Karena ada kompetensi yang ditunjukkan oleh ustadz itu atas pesantren yang akan ia bangun, dibanding seorang politisi. Bahasa lainnya Pak Bi, branding yang dibangun berdasarkan kompetensi akan jadi solusi. Solusi apa? – dalam contoh tadi, coba perhatikan mana kira-kira yang bisa diminta pimpin baca Al Qur’an? Ustadz atau politisi? – Yup! Ustadz, dong, pastinya. Itulah kompetensi.

Pertanyaan sekarang: dari mana kamu harus mulai membangun personal branding? Dari sini:

who-am-i-1024x575Who are you? harus cari tahu dulu apa value proposition kamu (keunikan dan kelebihanmu) yang bikin kamu truly awesome. Ibaratnya, dalam suatu organisasi, apa yang bedain adanya kamu sama nggak adanya kamu di organisasi itu – ada nggak?

Terus, yang nggak kalah penting lagi dari personal branding, ini: your attitude – kamu itu tipe orang yang gampang fix it or remove it kalau dikasih kerjaan atau dapat tugas? Hati-hati banget soal attitude ini. Whatever you say; whatever you do will influence your reputation. Karena yang kena ntar, ya personal branding kamu sendiri.

Masih ingat kasus ini? Gimana menurutmu kira-kira kaitannya sama personal brandingnya si doi – Yup! reputasinya jadi jatuh. Jadi musti hati-hati banget. Mulutmu, harimaumu. Mulutmu, pisau bagi dirimu. Kalau pesan Mbak Ainun Chomsun, pendiri Akademi Berbagi, bijaksanalah dengan jarimu. Jarak jempol ke HP emang lebih dekat dari jarak otak ke HP.

Kartu Nama dan Sosial Media

Eh, termasuk cara membangun personal branding itu juga dengan kartu nama, lho. Meskipun kartu nama sendiri bukanlah brand. Kartu nama ini bukan untuk keren-kerenan. Bukan untuk kejar popularitas(an). Aku percaya kalau orang yang mengejar popularitas akan kalah dengan orang yang mengejar kualitas. Dan, karena personal branding itu butuh komitmen, maka ia musti terus-menerus dibangun dengan bumbu konsisten. Ia butuh ketekunan dan butuh perhatian, eh kesabaran. Hehe..

Kalau kamu masih punya FB, pertanyaanku, pernah nggak kamu update FB kamu? Kalau pernah, di bagian ‘kronologi’ atau di bagian ‘tentang’ nya yang kamu update? Membangun personal branding lewat FB, yang diupdate ya jangan cuma di kronologinya aja (update status), update juga dong di bagian ‘tentang’-nya (riwayat pendidikan & kerja kamu). Izinkan orang jadi tahu tentang-nya kamu. Jangan pernah malu, adanya kamu di dunia ini pasti beri manfaat, bukan? Nah, dunia pun berhak tahu tentang manfaat dari kompetensi yang kamu miliki. All of you are your brand!

Branding Itu Pencitraan?

Hmm…Rasa-rasanya kok beda, ya. Bagiku, branding itu bukan pencitraan atau pencitraan itu bukan truly branding. Itu sebabnya brand komposisinya adalah nama + makna + kompetensi + komitmen. Kalau pencitraan, itu hanya added value. Kalau value-nya nggak ditambah, kompetensi jadi hilang. Ia hanya kejar popularitas, bukan personal branding. Pencitraan, ia nggak berangkat dari kompetensi, apalagi komitmen. Makanya nggak bakalan bertahan lama, pasti akan luntur.

Selain yang tadi udah aku sebutin, ada banyak cara lain buat bangun personal branding. Tapi yang musti dipahami dulu, personal branding itu bukan untuk keren-kerenan. Soal brand, jangan fokus pada reputasi, tapi fokus aja ke manfaat yang akan kamu berikan. Barangkali cukup itu aja dulu sharing kali ini. Next time, semoga bisa share lagi di sini, ya. Salam, @harisnurali.

cimsa2014

Tinggalkan komentar